Friday, December 21, 2012

10 Berita Paling Hot Sepanjang 2012 (2)


dok Sergey Dolya
6. Kecelakaan Sukhoi Superjet di Gunung Salak
Pekan pertama Mei 2012, publik di Indonesia sudah dikejutkan atas hilangnya pesawat asal Rusia, Sukhoi Superjet 100.

Hari itu Rabu 9 Mei 2012, menjelang sore. Sukhoi Superjet 100 sedang mengadakan terbang gembira alias joy flight yang kedua. Namun pesawat dengan 45 penumpang yang ditunggu-tunggu itu ternyata tak pernah muncul lagi di Bandara Halim Perdanakusuma.

45 Korban itu terdiri dari 35 orang Indonesia, 8 warga Rusia, seorang WN AS dan seorang WN Prancis ternyata semuanya ditemukan dalam keadaan tak utuh di Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat. Pencarian korban pun berlangsung selama hampir 3 pekan.

Cockpit Voice Recorder (CVR) Sukhoi ditemukan dalam keadaan hangus dan peyot pada 15 Mei 2012. Namun kondisi alat perekam di dalamnya cukup baik. Sedangkan Flight Data Recorder (FDR), menyusul ditemukan setengah bulan kemudian, pada 31 Mei 2012. Tak seperti CVR, FDR itu ditemukan dalam kondisi bagus. Pencarian korban akhirnya dihentikan resmi pada 18 Mei 2012. Korban selesai diidentifikasi dan diserahkan kepada keluarga pada 23 Mei 2012.

7 Bulan setelah itu, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) merilis laporan investigasi final. Hasilnya, human error pada pilot. Pilot memastikan peringatan tabrakan setelah berbunyi 6 kali karena menduga ada masalah dalam database. Pilot mengobrol dengan penumpang hingga tak menyelesaikan orbitnya dan salah arah.

Bagaimana dengan Air Traffic Control (ATC) yang mengijinkan turun ke 6 ribu kaki, padahal temuan awal KNKT batas aman minimum 6.900 kaki?

"Itu tidak ada hubungannya dengan izin dari ATC, ATC memang mengizinkan karena itu masih aman. Itu aman, 6 ribu (kaki) itu aman," kata Ketua KNKT Tatang Kurniadi.

7. Lita Hampir Dijebak Narkoba dalam Razia PolisiMasuk pekan kedua Juni 2012, ramai kisah yang bermula dari media sosial di Twitter milik Lita Stephanie, @litastephanie yang menuliskan ceritanya yang hampir dijebak oknum polisi karena kepemilikan benda yang disebut sebagai narkoba. Padahal, Lita sama sekali bukan pengguna narkoba.

Saat baru pulang dari Kemang, Lita melintasi Jalan Bangka dan di sana ada razia polisi. Lita dan temannya meminggirkan mobilnya. Nah, entah bagaimana, tiba-tiba seorang polisi berteriak. Dia mengaku menemukan obat-obatan yang dituding sebagai milik Lita dan Yasmin. Setelah itu, polisi meminta agar bagasi kendaraan dibuka. Di sana, ada kotak P3K, sejumlah obat pusing dan obat alergi.

Hingga kemudian perdebatan dengan polisi terjadi. Lita dan Yasmin ngotot. Mereka berdua meminta agar dilakukan cek darah dan urine. Karena di sekitar lokasi ada apotek, dia meminta polisi itu melakukan pemeriksaan obat tersebut ke apotek.

Namun, polisi tetap ngotot, bahwa obat-obatan yang dimiliki Lita dan temannya merupakan narkoba. Keduanya pun merasa diintimidasi petugas yang memakai seragam lengkap dan seorang petugas Provost. Hampir 1 jam dia diminta berdiri merapat ke tembok dan tidak kemana-mana.

Akhirnya, Lita pun menelepon adiknya. Petugas polisi itu sempat melarang, namun Lita tetap ngotot. Akhirnya sang adik datang, kemudian berbicara baik-baik kepada petugas tersebut dan menyebut kakak dan temannya bukan pemakai, sama sekali jauh dari narkoba. Dengan amat sangat terpaksa, adiknya menyebut kenalannya seorang perwira tinggi di Polda Metro.

Sikap oknum polisi itu kemudian berubah 180 derajat. Mereka juga menyebut obat-obatan yang disita itu sebagai obat alergi. Malah Lita yang dituding bersikap reaktif. Tidak lama, Lita pun diperbolehkan pulang. Lucunya, polisi malah memberi 4 butir obat, yang sebelumnya disebut sebagai narkoba. Padahal, obat-obatan itu bukan milik dia. Milik Lita hanya obat alergi.

Polda Metro Jaya mengatakan akan mengecek razia ini dan menunggu laporan dari Lita. Kasus ini juga tak ada kelanjutannya.


8. Kasus Cicak-Buaya Jilid IIKomisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah gedung Korps Lantas Polri di Jalan MT Haryono, pada Selasa (31/7/2012). KPK telah menetapkan mantan Kakorlantas Irjen Pol Djoko Susilo sebagai tersangka pengadaan kendaraan simulator untuk pembuatan SIM di Korlantas Polri. Pengadaan simulator tersebut untuk tahun anggaran 2011.

Penggeledahan terkait proses penyidikan di KPK ini kemudian dikaitkan seolah babak baru Cicak dan Buaya II. Penggeladahan itu diwarnai drama. Selama hampir 13 jam, tim KPK yang terdiri dari 30 penyidik menggeledah ruangan di Kantor Lalu Lintas Mabes Polri. Ada sejumlah dokumen yang berhasil dibawa pulang, namun sebagian lagi masih 'tersandera'. Padahal data itu penting untuk penyidikan. Polri berkilah, mereka butuh dokumen itu untuk proses penyidikan di internal juga.

Saat kasus ini ditangani oleh KPK, beberapa saat kemudian Polri merilis penetapan 5 tersangka kasus Simulator SIM per 1 Agustus 2012. Yang menarik, tidak ada nama Irjen Pol Djoko Susilo dalam inisial 5 nama yang ditetapkan menjadi tersangka.

Publik membaca KPK-Polri bak rebutan kasus. Tak berhenti sampai di situ, Polri bahkan hendak menangkap salah satu penyidik KPK asal Polri yang handal dalam kasus ini, yakni Novel Baswedan. Anehnya, Novel hendak ditangkap dalam kasus dugaan penganiaayaan atas laporan pada tahun 2004.
Polri juga menarik para penyidiknya saat KPK menangani kasus ini dan beralasan penarikan itu sebagai rotasi untuk penyegaran.

Publik yang geram pada ulah Polri ini lantas turun ke jalan hingga berpromosi #SaveKPK di media sosial. Publik mengatakan peristiwa ini bak cicak-buaya jilid II. Di mana jilid I terjadi pada awal 2010 lalu, saat Wakil Ketua KPK Bibit Samad Rianto dan Chandra M Hamzah dikriminalkan dan ditahan.

Desakan masyarakat agar Presiden SBY turun tangan memerintahkan Polri menyerahkan penyidikan pada KPK akhirnya didengar. SBY memberikan pengarahan yang tegas agar kasus ini ditangani KPK.

Kini, Irjen Djoko Susilo sudah ditahan KPK di Rutan Guntur pada Senin (3/12/2012) lalu. Di saat yang sama surat penarikan penyidik asal Polri Novel Baswedan dikirimkan. Namun Novel masih bertahan di KPK. Sementara penyidik asal Polri di KPK dari yang semula 90-an kini menjadi tinggal 50-an.


9. Nikah 4 Hari Bupati Garut Aceng FikriBupati Garut Aceng HM Fikri mencuri perhatian Indonesia bahkan dunia karena menikahi gadis di bawah umur asal Limbangan, Garut, Fany Octora (18). Fany yang saat itu berusia 17 tahun dinikahi secara siri dengan mas kawin emas (senilai) Rp 2 juta dan uang tunai Rp 100 juta tanda penghormatan. Rencana umrah bersama Fany sudah dirajut setelah pernikahan, tetapi semua itu tinggal kenangan karena Aceng malah menceraikan Fany yang baru dinikahinya selama 4 hari.

Yang membuat geleng-geleng kepala, Aceng menceraikan Fany melalui SMS. Kasus ini mulai terbuka ke publik pada akhir November 2012. Apa kata Aceng? "Saya sudah keluar uang hampir habis Rp 250 juta, hanya nidurin satu malam. Nidurin artis saja tidak harga segitu," kata Aceng kepada majalah detik, Sabtu (1/12/2012).

Bupati Garut itu menduga kasus pernikahan kilatnya menjadi ramai sekarang karena dipolitisasi. "Ada yang bermain, ada yang memanfaatkan masalah ini," ujarnya.

Bagi Aceng, perceraiannya merupakan hal yang wajar. Menikah bak perkara perdata seperti jual beli yang bisa dikembalikan bila barang tidak sesuai dengan yang dijanjikan. "Pas saya beli ternyata 'lho, tidak sesuai speknya,' ya nggak apa-apa dikembalikan," kata Aceng.

Aceng sudah meminta maaf pada masyarakat Garut dan berdamai dengan Fany. Namun rupanya kasus lain masih menunggu, seperti laporan dugaan penipuan oleh Asep Kurnia Jaya karena dijanjikan menjadi Wabup yang kosong setelah ditinggal Diky Candra. Asep menyerahkan uang ratusan juta untuk menjadi Wabup, namun ternyata dia urung menjadi Wabup. Kasus dengan Asep sudah damai karena Aceng sudah menyerahkan Rp 200 juta.

Aceng juga dilaporkan pemerhati anak Seto Mulyadi ke Polri karena menikahi anak di bawah umur, juga laporan dugaan korupsi ke Kejari Garut. Mendagri Gamawan Fauzi menyarankan Aceng sebaiknya mundur saja. Warga Garut berdemo mendesak DPRD Garut memakzulkan Aceng.

Namun, Aceng menolak dan malah melawan. Mengimbau Presiden hingga Mendagri untuk tidak banyak bicara. DPRD Garut membentuk Pansus. Pada Rabu (19/12/2012) kemarin, sidang paripurna menyatakan Aceng melanggar UU Perkawinan dan UU Pemerintahan Daerah. Kini, nasib Aceng ada pada DPRD Garut.


10. Fenomena JokowiJoko Widodo. Mantan Wali Kota Solo ini menjadi moncer di kuartal terakhir 2012, apalagi saat terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta pada 20 September 2012. Aksi dan gayanya yang merakyat, sederhana dan nyentrik selalu tak luput dari perhatian jurnalis.

Maju dari PDIP, Jokowi terpilih menjadi Gubernur DKI bersama Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Sejak mulai menjabat, Jokowi tak mau memberitahukan jadwalnya. Kontan kebiasaan ini membuat para jurnalis membuntutinya kemana pun dia pergi.

Jokowi dan Ahok selalu datang tepat waktu pukul 07.30 WIB di Balai Kota DKI Jakarta. Hal ini membuat jajaran birokrat DKI kelabakan. Beberapa kali Jokowi menyambangi kantor kelurahan dan kecamatan di Jakarta, mendapati lurah dan camat tak ada di kantor saat jam kerja. Jokowi juga gemar blusukan ke kampung. Pada beberapa kesempatan, Jokowi membagikan sepeda kepada warga dari koceknya sendiri.

Terakhir, hari Kamis (20/12/2012) ini, di hari ke-66, Jokowi masih menjadi perhatian tatkala melantik Walikota Jakarta Timur Krisdianto dan wakilnya Husein di atas panggung sederhana di tengah Kampung Pulo Jahe, Kelurahan Jatinegara, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur, Kamis (20/12/2012). Tak seperti biasanya, pejabat dilantik di gedung dan kantor yang ber-AC.

"Problem itu bukan di kantor, tetapi di lapangan. Sehingga pelantikan ini di kampung. Di sini masalahnya apa, sehingga bisa langsung tahu. Problem Jakarta ada di kampung, RT, RW, drainase mampet, MCK," terang Jokowi yang mengenakan setelan jas hitam.

Wakilnya, Ahok, juga mendapat perhatian serupa. Rapat-rapat Pemprov DKI yang dipimpinnya dari awal diunggah ke Youtube. Warga pun bisa melihat bila Ahok mengkritik birokrat DKI, memotong anggaran dan mencecar birokrat akan rincian anggaran itu.

Janji-janji mereka masih dinanti warga DKI 5 tahun ke depan.




No comments:

Post a Comment